Batik Tulis Bakaran Juwana-Pati - KMPP Yogyakarta

Minggu, Mei 12, 2013

Batik Tulis Bakaran Juwana-Pati


SEJARAH BATIK TULIS BAKARAN JUWANA

Batik Tulis Bakaran
Sejarah Batik Bakaran Wetan sudah ada sejak tahun 1471 Masehi dan erat hubungannya dengan seorang penjaga benda–benda seni kerajaan Majapahit yang bernama Nyi Sabillah (Nyi Danauwati) yang ketika itu datang di Desa Bakaran Wetan karena misi pelarian untuk mencari tempat persembunyian, saat beliau dikejar – kejar oleh prajurit Majapahit.
Beliau dikejar–kejar oleh Prajurit Majapahit karena beliau memeluk agama Islam yang pada jaman itu adalah agama larangan kerajaan Majapahit Hindu.
Dan pada akhirnya beliau bersembunyi di Desa Bakaran Wetan dan dalam penyamarannya beliau membuat langgar tanpa mighraf yang bertujuan supaya beliau dapat menjalankan ibadah agama yang beliau anut dengan tanpa diketahui khalayak umum, terutama Prajurit Majapahit.
Semasa persembunyiannya di Desa Bakaran Wetan, kegiatan Nyi Sabillah atau Nyi Danauwati sehari–harinya adalah mengajarkan keahliannya membatik,dengan keahliannya tersebut Nyi Sabillah / Nyi Danauwati mengajarkan cara membatik kepada masyarakat setempat.

MOTIF BATIK TULIS BAKARAN BERDASARKAN GEOGRAFIS

Motif batik tulis Bakaran bila dilihat dari segi warna mempunyai mempunyai ciri tersendiri, yaitu warna yang mendominasi batik Bakaran Wetan adalah hitam dan coklat. Unsur corak/motifnya beraliran pada corak motif batik Tengahan dan bathik Pesisir. Aliran Tengahan, karena yang memperkenalkan batik tulis pada wilayah Desa Bakaran adalah dari kalangan kerajaan Majapahit. Dan Jenis motif tengahan ini diindikasikan pada corak batik :

  • Padas Gempal.
  • Gringsing.
  • Bregat Ireng.
  • Sido Mukti.
  • Sido Rukun.
  • Namtikar.
  • Limanan.
  • Blebak Kopik.
  • Merak Ngigel.
  • Nogo Royo.
  • Gandrung.
  • Rawan.
  • Truntum.
  • Megel Ati.
  • Liris.
  • Blebak Duri.
  • Kawung Tanjung.
  • Kopi Pecah.
  • Manggaran.
  • Kedele Kecer.
  • Puspo Baskora.
  • Ungker Cantel.
  • Blebak Lung.
  • Dan beberapa motif tengahan yang lain

Sedangkan beraliran batik tulis pesisir karena secara geografis letak wilayah Desa tersebut memang terdapat dipesisir pantai dan aliran pesisir ini diindikasikan pada motif batik tulis:
*Blebak Urang.
*Loek Chan.
Dan beberapa motif pesisir yang lain
Corak tersebut pada umumnya berbeda dengan corak batik daerah lain, baik dari segi gambar, ornament maupun warnanya.

FILOSOFI BATIK TULIS BAKARAN JUWANA

Beberapa motif batik yang ditinggalkan nenek moyang, dan berikut cerita makna yang terkandung. Cerita ini di gali dari berbagai sumber dan cerita rakyat setempat :
1. Gandrung
Motif ini dalam cerita belum sempurna, karena dalam menggaris-garis kedatangan sang kekasih. Diyakini bahwa motif ini asli dari sang Nyi Ageng nenek moyang batik Juwana yang saat itu sedang mempunyai rasa rindu keluarga dan sang kekasih. Motif gandrung ini cocok dipakai anak muda dan gadis atau yang sedang mempunyai rasa cinta dan rindu sebagai simbul rasa kerinduannya.
2. Padas Gempal
Padas artinya batu karang, gempal artinya gumpalan. Padas gempal artinya gumpalan batu-batu karang. Istilah padas gempal adalah istilah pesisir motifnya mirip dengan motif Sekar Jagad tapi ada perbedaan bentuk motif. Bentuk motifnya berbeda-beda hampir-hampir semua motif nusantara tertuang dalam padas gempal. Hal ini menunjukkan sebuah keragaman yang ada yang patut untuk dikembangkan dan di jaga. Salah satu pesan yang disampaikan adalah bentuk pluralitas yang harus dikembangkan dan dijaga. Motif ini dipakai oleh orang-orang tua.
3. Liris
Liris atau bisa disebut udan liris mengandung makna hujan rintik-rintik, motif ini biasa dipakai kaum remaja. Motif  udan liris mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
4. Manggaran
Berasal dari kata manggar atau bunga kelapa. Kelapa adalah salah satu tumbuhan yang bisa hidup dimana saja, dan semua apa yang ada pada kelapa bermanfaat tidak terbuang sia-sia. Mengandung ajaran supaya hidup bisa seperti kelapa, selalu bermanfaat kepada siapa saja dan bisa hidup dimana saja cepat beradaptasi. Motif ini untuk pakaian bebas.
5. Blebak Lung
Blebak (latar putih dengan pecahan / retakan warna soga). Lung  artinya pohon ubi jalar. Mengandung arti tak putus-putusnya. Harapannya adalah mendapatkan rizki yang tak putus-putus. Dipakai untuk kalangan bebas usia dan acara umum.
6. Blebak Urang (blebak iwak)
Menggambarkan habitat udang. Masyarakat Juwana yang merupakan masyarakat pantai penghasil ikan. Disimbolkan urang (udang) karena masyarakat juwana banyak  yang menjadi petani tambak yang memelihara udang, ikan bandeng dsb. Selain itu menunjukkan sebagai sumber penghasilannya dan sumber penghidupan masyarakat pesisir Juwana.
7. Blebak kopik
Kopik dalam bahasa Jawa artinya kartu. Dalam kartu ada sesuatu yang dirahasikan. Hal ini menyangkut sebuah siasat/ strategi untuk menjadi yang terbaik/ yang terdepan.
8. Sido Mukti
Sido artinya menjadi, mukti artinya mulia atau terhormat. Motif ini juga untuk upacara manten yang khusus dipakai mempelai berdua, artinya kelak nanti menjadi orang-orang yang mulia dan bermanfaat. Motif Sido-Mukti  biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai.
9. Rawan
Rawan dari kata rowo, digambarkan sebagai ombak rawa bersama tumbuhan. Motif ini biasa dipakai oleh orang-orang yang sudah punya anak
10. Sido Rukun
Sido maknanya menjadi, rukun maknanya damai. Artinya menjadi damai. Motif ini dipakai untuk kedua manten setelah sepasar/ 5 hari setelah upacara pernikahan.
11. Kopi pecah
Menggambarkan sebuah kopi yang terkelupas. Motif ini dipakai untuk pakaian bebas.
12. Truntum
Dimaknai sebagi tuntunan atau contoh (teladan). Motif ini biasa dipakai kepada kedua orang tua mempelai pada aupacara pernikahan.
13. Limaran
Limaran dari kata samaran atau samar-samar
14. Kedele kecer
Menggambarkan kedele yang tercecer dari tempatnya. Simbol dari kesejahteraan masyaraakat. Mendapatkan rizki yang melimpah. Berharap yang memakai ini nanti mendapatkan rizki yang banyak. Dipakai oleh semua umur.
15. Gringsing
Gringsing adalah motif sisik ikan. Merupakan hiasan sisik-sisik ikan. Pada Gringsing  ini motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong. Simbol dari sebuah keindahan dan ketelitian oleh masyarakat pantai pesisir.
16. Nam Tikar
Menggambarkan anyaman tikar. Menggambarkan sebuah aktifitas orang kampung yang penghidupannya dari kerajinan. Menunjukkan sebuah kreatifitas dan selalu telaten, sabar.
17. Ungker Cantel
Motif ini menggambarkan untaian mata kail yang saling berkaitan satu sama lain  (gotong royong) dipakai untuk pakaian bebas.
18. Bregat ireng
Bregat artinya pohon besar, ireng artinya keadaan gelap (suasana sedih). Motif ini khusus dipakai saat lelayu/ takjiyah
19. Satrio
Sarung Satriyo (latar ukel romo) Pola Satriya Wibawa, dipakai oleh calon pengantin pria pada saat upacara midodareni  malam sebelum akad nikah esok harinya. Sebagai serah terima kedua mempelai pengantin, pengantin putri memberikan sarung satriokepada pengantin laki-laki. Harapan yang terkandung adalah agar kelak menjadi suami yang berwibawa dan pelindung yang penuh tanggung jawab. Menjadi suami yang kesatria.
20. Kawung
Bentuk dasarnya adalah oval yang hampir menyentuh satu sama lain secara simetris . Kawung (buah aren) sebagai penghasil gula yang menyimbulkan rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan yang tinggi. Pohon yang lurus tanpa cabang menyimbolkan kejujuran dan kedisiplinan.
21. Magel Ati 
Motif ini kotak-kotak simetris dan ditengahnya ada cecekan silang.
Bentuk cecekan silang merupakan simbol dari hal yang salah, artinya ada sebuah gejala sosial yang salah kaprah pada saat itu, tapi masih di Ugemi oleh masyarakat. Hal ini bentuk pengingatan sang nenek moyang (pembatik) dalam mensikapi persoalan sosial.
Bentuk motif kotak,/ ter·ko·tak-ko·tak terbagi-bagi; terpisah-pisah; terpecah-pecah mengandung sebuah maksud : kaum muda hendaknya jangan berjuang secara terpecah-pecah, sebab hasilnya tidak baik.  Me·ngo·tak-ngo·tak·kan  membuat batas-batas lingkungan sehingga yg satu dengan  yang lain terpisah; memecah-belah (golongan, kelompok, dsb)
Magel Ati (megelke ati),: (menyakitkan hati), (hati merasa kesal) ini secara bahasa maksud dari nama motif ini.
menggambarkan sebuah sikap tidak suka terhadap sebuah persoalan pada saat itu. Motif ini tidak diketahui kapan diciptakan. Yang jelas sudah turun temurun dari nenek moyang.  
22. Merak Ngigel
Motif ini bagian dari motif  binatang. Motif-motif pesisiran yang berbentuk flora dan fauna menyimbolkan perasaan atau ketertarikan tertentu dari pendesainya. Motif batik ini menggambarkan seekor burung merak yang sedang mengembangkan ekornya secara penuh untuk  menunjukkan keindahannya. Pola ini terinspirasi perilaku burung merak ketika menarik pasangannya. Motif ini menyimbulkan keinndahan, dan semangat menggapai tujuan. Motif utama menggambarkan burung merak yang sedang termangu atau termenung karena sendirian. Motif ini melambangkan proses permenungan atau hakikat keindahan.
23. Ladrang
Motif ini adalah dengan pola parang yang lebih halus dengan ukuran yang lebih kecil dan mengandung citra feminism. Ladrang ini menyimbulkan kelemah lembutan, perilaku halus dan bijaksana.
24. Motif Onto Bugo (Nogo)
Naga adalah simbul dari sebuah power besar/ kekuatan dan kekuasaan. Naga simbol sebagai binatang yang paling kuat.  Naga atau Lung melambangkan kekuatan, kebaikan, keberanian, pendirian teguh. Naga juga merupakan lambang kewaspadaan dan keamanan. Dari semua makhluk mitologi China, Naga merupakan makhluk yang tertinggi dan menjadi raja semua hewan di alam semesta.
25.  Gunung-gunungan
Pemahaman sederhana gunung-gungungan adalah sebuah gunung tapi tidak seperti gambar gunung yang sebenarnya, karena hanya mengambil simbol. Batik klasik ini dengan corak hitam, putih dan cokelat merupakan asli motif Juwana. Masyarakat pembatik menamainya motif gunung-gunungan. Gambarnya lereng dari bawah ke atas. Komponen motifnya terdiri dari kembang sulur, ada burung, ungker, cecek (penghuni gunung).
Motif gunungan ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dengan mengambil simbol sebuah  gunung melambangkan sebuah kebesaran. Gunung yang merupakan bagian makhluk Tuhan yang mempunyai manfaat besar dalam kehidupan manusia. Gunung menggambarkan keaadaan yang tenang dan sejuk. Terkadang orang yang sering mengunjungi  gunung tingkat kesadarannya akan menghargai dan memelihara alam lebih tinggi di banding mereka yang tinggal di gemerlapnya dunia kota. Puncak gunung adalah tujuan para pendaki. Puncak gunung ini di gambarkan sebuah fokus yang harus dicapai. Dan setelah mencapainya akan merasa terkagum atas keindahannya. Hal itu mengingatkan pada kita semua bahwa untuk mencapai ke puncak itu membutuhkan perjuangan yang hebat dan beberapa pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat. Gunung bisa mengilhami kepada dia yang mengunjunginya. Gunung berbentuk besar dan menjulang tinggi. Hal itu juga menyiratkan kita sebuah keinginan luhur. Semua orang pasti menginginkan kehidupannya terus menanjak seperti gunung. Namun untuk mencapai itu semua memerlukan usaha yang keras dan sungguh.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda