Robert yang Sok "Cool" - KMPP Yogyakarta

Rabu, Maret 09, 2016

Robert yang Sok "Cool"


Ketika pulang kampung dengan kondisi penampilan yang semrawut serta mencolok alias tidak modis, kaos oblong dan celana panjang Cutbray-nya Elvis Presley yang  ngetrend pada masanya, yang beli di pasar lowakan, bak anak punk yang hidup telantar di jalanan. Di tambah dengan rambutnya yang memang kribo, semi-semi kribo, sedikit lurus, bergelombang serta panjangnya hampir sepundak yang menurutnya lumayan gondrong karena sebelumnya tidak pernah sepanjang itu. Membuat beberapa orang yang mengenalinya heran terperangah sejak beberapa bulan yang lalu merantau.
  
Sebenarnya kondisi demikian agak risih baginya, terasa geli di sekitaran kepalanya, apalagi tidak pernah menyampo rambutnya yang rimbun itu namun karena pengen merasakan sensasi bagaimana mempunyai rambut kribo yang gondrong , setiap keinginan untuk mencukur rambut ditepisnya. Orang tuanya menyarankan agar rambutnya dicukur sehingga tampak rapi dan kelihatan perkis. Bahkan tak cuma orang tuanya, pak lek bu lek, tetangga dekatnya pun ikut mempermasalahkan penampilan barunya yang kelihatan seperti wong nakal. Karena mayoritas warga di kampungnya kalau mempunyai rambut gondrong adalah nakal atau di kampung orang sering menyebutnya beling.   

Pemuda itu sering dipanggil oleh warga kampung dengan sebutan Robert, pemuda kampung yang hanya lulusan Madrasah Aliyah (MA) itu bukan lah anak blasteran Jawa-Eropa. Nama Robert sebenarnya nama singkatan yang diberikan kepadanya lantaran suka membawa burung Lovebird kemana-mana, sedangkan namanya adalah Rohman, Rohman Lovebird, bird yang dibaca bert, hingga jadilah namanya Robert. 

Hingga ada  suatu hari saat masih sekolah, Robert saking sayangnya terhadap peliharaannya itu, Robert nekad membawa ke sekolah beserta sangkarnya. Saat jam belajar dimulai burungnya dibawa masuk kelas, bisa ditebak, teman-teman kelasnya cekikikan melihat kelakuannya. 

"Eh Rohman koe wes edan pye, gowo manukmu neng kelas, heh?"celetuk teman kelasnya. 
"Alaaaahhhhh.... manuk-manukku dewe, ngopo koe seng cerewet"kata Robert merasa jengah.
  
Saat jam pelajaran dimulai, yang namanya burung pasti berkicau- yang pada waktu itu Pak Zaenal yang terkenal killer mendengar suara aneh di dalam kelasnya. Tahu-tahu teman-teman sekelas Robert menoleh dan mata tertuju semuanya kepadanya. Membuat dirinya seperti maling yang ketangkap basah dan siap dibogemi massa. 
Benar-benar sial bagi Robert yang terkena straft dari sang guru killernya itu, menghormat bendera merah putih di halaman sekolah dengan panasnya terik matahari, dijemur beserta burung kesayangannya.
                                                                   
                                                                           ***

Pada suatu hari, Robert disuruh untuk mengantarkan ibunya, Wili Laminah alias William ke majlis pengajian mingguan yang diadakan di masjid Dar al Salam. Sesampai di Masjid, seseorang bertanya kepada ibu William dengan entah nada menghina atau entah guyon yang sudah menjadi kebiasaan ibunya yang suka guyon.

“Itu tadi siapa kok gondrong Yu, kok mirip Genderuwo”.kata teman ibu William, Susi.
Lalu ibunya menjawab "Itu tadi anakku mbak. Iya sekarang beda, rambutnya itu lho dibikin model apa saya juga gak tahu mbak"jawabnya.
    
Ibunya sedikit tersinggung akibat sapaan dengan kalimat temannya di majlis pengajian. Sepulang dari masjid ibunya langsung mencari anaknya Robert untuk segera mencukur rambutnya agar kelihatan bersih dan rapi. Namun, ternyata Robert tidak ada dirumah melainkan sedang silaturahmi ke teman sepermainan ketika waktu madrasah dulu. Karena Robert kangen masa-masa kecil dengan permainan tradisonal yang biasa dimainkan dengan teman-temannya seperti "Bentik". Hal ini membuat hati ibu William semakin jengkel, yang karena tidak bisa menemui anaknya segera setelah dari masjid.
    
Setiba di rumah, Robert langsung dinasehati ibunya dengan menjelaskan alasannya ketika di masjid tadi siang. Ibunya mengulang kembali perkataan teman pengajiaannya bahwa anaknya lebih mirip dengan makhluk halus yaitu Genderuwo. Ketika itu, ibunya tidak marah saat menasehati keadaan rambutnya untuk segera dicukur melainkan hanya perkataan nasihat orang tua kepada anaknya untuk patuh dan hormat kepada orang tua. Robert dengan senyum-senyum khidmat mendengarkan nasehat ibunya. 

Robert dengan senyum penuh hormat kepada ibunya menjelaskan alasan kenapa dirinya membiarkan rambutnya tumbuh sampai sepundak.  

Wahai ibu, jangan dengarkan perkataan orang lain yang tanpa tahu maksud hakikat dari tujuanku memanjangkan rambutku ini. Karena di luar sana banyak orang dengan rambut gondrong membebaskan dirinya tidak mau ikut-ikutan minum toak, tidak suka berkelahi bahkan menolak makanan yang tidak jelas sumbernya. Wahai ibu, jangan dikira hal konyol ini tidak ada gunanya bahkan teman ibu menyebutku dengan makhluk halus sebagai Genderuwo”.kata Robert dengan nada seriusnya.  
Ibunya melanjutkan perkataan Robert, “Benar itu nak meskipun dunia ini sudah akhir zaman, zaman edan seng ora edan ora keduman iku salah. Jangan ikut-ikutan mereka minum-minuman keras yang suka nonton dangdut”. imbuhnya.
     
Saat ibunya sedang berbicara, Robert memotong pembicaraannya. "Musik dangdut tidak salah mak, apalagi menonton pertunjukan musik dangdut boleh-boleh saja. Sebab yang menjadi ironi adalah penontonnya sendiri yang membuat kesalahan. Pemuda-pemuda dengan gagah berani menantang pemuda dari desa lain untuk diajak berkelahi, berduel untuk membuktikan siapa yang paling kuat. Namun tidak hanya itu, seakan-akan pemuda menunjukkan kekuatan yang sesungguhnya bahwa desanya tidak bisa diremehkan oleh pemuda desa lain. Ada semacam Show bagi pemuda yang ikut andil dalam perkelahian. Yaitu memamerkan kehebatan kekuatan yang dimiliki."ucapnya.
     
Lagi-lagi ibunya menimpali, "Makanya ibu khawatir nak kalo kamu ikut-ikutan mereka menonton dangdut apalagi sampai ikut minum dan berkelahi, orang tua malu nak kalo mempunyai anak seperti itu. memang bisa terkenal tapi bukan dengan cara berkelahi, ada cara lain nak."imbuhnya.
Setelah selasai percakapan tersebut ibunya mengajak makan Robert lalu pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan lauk.
    
                                                                       *** 

Di hari berikutnya ketika malam tiba, Robert nongkrong di konter yang biasa menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda kampung bahkan anak-anak tetangga desa pun ada yang ikut nimbrung, asal kumpul saja. Berbeda dengan Robert yang memakai sarung kotak-kotak kesukaannya ketimbang motif bunga atau garis-garis ikut-ikutan nimbrung. Malam itu ternyata ada tontonan dangdut di kampung tetangga- yang dangdutnya lumayan enak didengar ada Dj-nya serta dikolaborasikan dengan suara gendang bersautan yang menambah merdu musiknya.
Malam itu diputuskan oleh Robert untuk ikut serta dalam menonton pertunjukan musik dangdut. Robert teringat oleh ucapan ibunya kalau ada tontonan dangdut pasti ada tragedi perkelahian. Banyak dijual minum-minuman keras yang pembelinya beragam mulai orang tua pemuda bahkan masih usia anak-anak. 
Saat dentuman musik dangdut serta musik remix berpadu jadi satu. Membuat orang-orang yang mendengar, menikmati musik dengan joget ala kadarnya, terbuai dengan alunan musik serta minuman keras yang bebas siapa saja bisa menenggaknya. Tiba-tiba polisi menghentikan hiburan nyanyian dangdut itu, hal itu dipicu adanya perkelahian, menyeret mereka ke belakang panggung untuk dipecuti agar kapok dan berhenti tak berkelahi lagi.
  
Usaha polisi ternyata tak membuahkan hasil, setelah polisi menyeret yang berkelahi ke belakang, kemudian di depan panggung masih aja ada yang berkelahi. Begitupun seterusnya polisi hendak mengamankan prosesi tontonan dangdut hingga berjalan lancar. 
  
Semenjak kejadian itu, Robert yang sudah beberapa hari di kampung semakin tertekan oleh perkataan-perkataan tetangganya yang membicarakan rambut gondrongnya. Lama-lama ia juga risih dan memutuskan untuk mencukur rambutnya. Betapa kecewanya ia, yang hanya karena labelisasi yang masih berlaku di kampungnya bahwa rambut gondrong dilekatkan kepada mereka para preman dan tidak jelas kehidupannya. Robert pun memaki dalam hati “apes-apes”, niat memanjangkan rambut malah dibilang seperti makhluk halus Genderuwo. 

*Saiful Anwar, penikmat sastra dari Dangkang Istitute.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda