PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika kita kecil sering kali kita mendengar kata riya’ dan
tawakkal dan terkadang kita tidak menghiraukan kandungan yang dimaksud dalam
riya’ dan tawakkal. Ketidaktahuan kita terhadap hal-hal yang fundamental membuat
kita akan salah kaprah mengartikannya dan cenderung menyepelekannya.
Ketika berbicara riya’ yang terproyeksi dalam pikiran kita adalah
pamer, sok dan lain sebagainya tanpa kita tahu arti yang sebenarnya dan
bagaimana memahaminya sehingga kita tidak melakukannya.
Seringkali kita selalu gagal dalam urusan duniawi dan kata yang
biasa terucap sadar atau tidak sadar kita menganggap Tuhan itu tidak adil,
padahal sudah melakukan dengan sungguh sungguh. Hal yang demikian hanya akan
memperburuk hati, oleh sebab itu tawakkal haruslah diterapkan pada diri
manusia.
1.2.Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu sebagai berikut :
A.
Bagaimana
riya’ dan tawakkal itu?
B.
Mengapa
harus mengerti riya’ dan tawakkal?
BAB II
PEMBAHASAN
Riya’ berasal dari
kata ru’yah yang berarti memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada
sesama manusia. Menurut istilah riya, adalah seseorang beramal shalih dengan
maksud untuk dilihat atau dipuji oleh orang lain.
Al – Ghazali mengatakan bahwa, pada dasarnya, al-riya’ adalah mrncari
kedudukan dihati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka beberapa hal
kebajika (Khoari, dkk 2005). Dengan kata lain bahwa ketika manusia riya’
berarti secara tidak sadar mereka telah menduakan Allah dalam bentuk mencari
pujian dari orang lain.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ (رواه أحمد)
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?”, Beliau menjawab, “Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, ‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riya’, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?” (HR. Ahmad)
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ (رواه أحمد)
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?”, Beliau menjawab, “Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, ‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riya’, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?” (HR. Ahmad)
Melihat hadist diatas tentunya sudah ada dalam bayangan bahwa riya’
itu dilarang dan termasuk kedalam syirik asghar (kecil) dan hukumnya
adalah haram.
Riya’ dibagi menjadi dua bagian yaitu riya’ khalish dan riya’
syirik dengan pengertian:
1.
Riya’
khalish, yaitu niat seseorang dalam
melaksanakan ibadah semata-mata untuk memperoleh pujian, kedudukan dan lain
sebagainyadari manusia, serta tidak bertujuan untuk dekat dengan Allah (Khoiri,
dkk 2005)
2.
Riya’
syirik yaitu niat seseorang dalam melaksanakan ibadah karena terdorong unutk
memenuhi permintaan Allah serta terdorong untuk memperoleh pujian dan kedudukan
dari manusia. Dengan perkataan, niatnya bercampur antara niat karena Allah dan niat karena
manusia (Khoiri, dkk 2005)
Riya’ dalam manusia tentunya mempunyai sebab, sebab dari luar
maupun dari dalam diri sendiri. Sebab-sebab timbulnya riya’ adalah :
1.
Senang
karena lezatnya pujian orang lain.
2.
Rakus
terhadap apa yang diperoleh /terdapat pada orang lain.
3.
Lari
dari celaan masyarakat sekitar.
Macam-macam riya’:
1.
Seorang
hamba dalam beribadah menginginkan selain dari Allah. Yang di maksud disini
bahwa saat seseorang beribadah dia akan senang bila dilihat oleh orang lain.
2.
Seorang
hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah dan sampai
selesai demikian, namun dalam akhir ibadahnya dipuji orang lain daan ia meraasa
bangga dengan pujian tersebut serta ia mendapat apa yang diinginkan tersebut.
3.
Riya’
badaniah yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan badan/jasadnya kurus karena
banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ahli ibadah.
4.
Riya’
dari sisi penampilan atau model.
5.
riya’
dalam sisi ucapan.
6.
Riya’
dengan amalan.
7.
Riya’
dengan temman dan orang-orang yang mengunjunginya.
Setelah kita mengetahui apa itu riya’ dan mengerti tentunya
dapat mengetahui cara atau praksisnya menghindari riya’. Dan ada beberapa pendapat
guna menghindari riya’ yaitu:
1.
Mengetahui
jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan mengetahui jenis-jenis
atau suatu hal yang dapat mendorong kita untuk melakukan per buatan riya’.
2.
Takut
dari beramal untuk kepentingan dunia.
3.
Memahami
hal-hal yang dapat mendorong kita untuk memicu tindakan riya’.
4.
Meluruskan
hati bahwa kita beribadah hanya kepada Allah.
5.
Bersikap
ikhlas dan mencoba untuk membiasakan diri tidak haus pujian orang lain.
Tawakal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul
berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam,
tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu
keadaan.
Tawakkal adalah berserah diri dengan
ikhtiar usaha mencari rizki seperlunya
untuk keperluan ibadah kepada Allah, serta memerangi hawa nafsu yang mengajak
kepada kesesatan dan ketamakan terhadap keduniaan (Khoiri, dkk 2005)
Tawakkal sering kali kita
mengartikannya sebagai pasrah dan berdiam diri menunnggu ketentuan dariNya.
Bukanlah yang begitu karena yang namanya orang tawakkal haruslah dibarengi
usaha.
Allah berfirman (QS. 3: 173):
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”
Didalam
islam dijalaskan bahwa anjuran untuk melakukan tawakkal adah banyak sekali,
karena untuk menghindari rasa putus asa terhadap dunia yang berbeda hasilnya
dengan apa yang kita harapkan.
Manfaat
ketika melakukan tawakkal adalah mendekatkan diri kepadaNya dan menjaikan
manusia mengerti akan posisinya yang tidak mutlak.
BAB III
KESIMPULAN
Riya’ dan Tawakkal yang dilarang dn
dianjurkan dalam islam. Riya’ berbicara tentang peringatan terhadap manusia.
Dimana manusia yang selalu beribadah mendapat suatu kekhawatiran dari Nabi
dikarenakan sifat riya’ itu muncul.
Tawakkal lebih kepada anjuran kita
untuk lebih berserah diri dan mengakui kedudukan kita sebagai hamba dan Sang
Mutlak adalah Yang Maha Tahu tentang segala hal begitu pula hasil ketika kita
selesai melakukan sesuatu