Riya' dan Tawakkal - KMPP Yogyakarta

Sabtu, Februari 06, 2016

Riya' dan Tawakkal

 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika kita kecil sering kali kita mendengar kata riya’ dan tawakkal dan terkadang kita tidak menghiraukan kandungan yang dimaksud dalam riya’ dan tawakkal. Ketidaktahuan kita terhadap hal-hal yang fundamental membuat kita akan salah kaprah mengartikannya dan cenderung menyepelekannya.
Ketika berbicara riya’ yang terproyeksi dalam pikiran kita adalah pamer, sok dan lain sebagainya tanpa kita tahu arti yang sebenarnya dan bagaimana memahaminya sehingga kita tidak melakukannya.
Seringkali kita selalu gagal dalam urusan duniawi dan kata yang biasa terucap sadar atau tidak sadar kita menganggap Tuhan itu tidak adil, padahal sudah melakukan dengan sungguh sungguh. Hal yang demikian hanya akan memperburuk hati, oleh sebab itu tawakkal haruslah diterapkan pada diri manusia.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu sebagai berikut :
A.    Bagaimana riya’ dan tawakkal itu?
B.     Mengapa harus mengerti riya’ dan tawakkal?







BAB II
PEMBAHASAN
Riya’ berasal dari kata ru’yah yang berarti memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Menurut istilah riya, adalah seseorang beramal shalih dengan maksud untuk dilihat atau dipuji oleh orang lain.
Al – Ghazali mengatakan bahwa, pada dasarnya, al-riya’ adalah mrncari kedudukan dihati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka beberapa hal kebajika (Khoari, dkk 2005). Dengan kata lain bahwa ketika manusia riya’ berarti secara tidak sadar mereka telah menduakan Allah dalam bentuk mencari pujian dari orang lain.
Rasulullah bersabda: 

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِيْ تُرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمُ الْجَزَاءَ (رواه أحمد)

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?”, Beliau menjawab, “Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, ‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riya’, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?” (HR. Ahmad)
Melihat hadist diatas tentunya sudah ada dalam bayangan bahwa riya’ itu dilarang dan termasuk kedalam syirik asghar (kecil) dan hukumnya adalah haram.
Riya’ dibagi menjadi dua bagian yaitu riya’ khalish dan riya’ syirik dengan pengertian:
1.      Riya’ khalish, yaitu niat seseorang dalam melaksanakan ibadah semata-mata untuk memperoleh pujian, kedudukan dan lain sebagainyadari manusia, serta tidak bertujuan untuk dekat dengan Allah (Khoiri, dkk 2005)
2.      Riya’ syirik yaitu niat seseorang dalam melaksanakan ibadah karena terdorong unutk memenuhi permintaan Allah serta terdorong untuk memperoleh pujian dan kedudukan dari manusia. Dengan perkataan, niatnya bercampur  antara niat karena Allah dan niat karena manusia (Khoiri, dkk 2005)
Riya’ dalam manusia tentunya mempunyai sebab, sebab dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Sebab-sebab timbulnya riya’ adalah :
1.      Senang karena lezatnya pujian orang lain.
2.      Rakus terhadap apa yang diperoleh /terdapat pada orang lain.
3.      Lari dari celaan masyarakat sekitar.
Macam-macam riya’:
1.      Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain dari Allah. Yang di maksud disini bahwa saat seseorang beribadah dia akan senang bila dilihat oleh orang lain.
2.      Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah dan sampai selesai demikian, namun dalam akhir ibadahnya dipuji orang lain daan ia meraasa bangga dengan pujian tersebut serta ia mendapat apa yang diinginkan tersebut.
3.      Riya’ badaniah yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ahli ibadah.
4.      Riya’ dari sisi penampilan atau model.
5.      riya’ dalam sisi ucapan.
6.      Riya’ dengan amalan.
7.      Riya’ dengan temman dan orang-orang yang mengunjunginya.
Setelah kita mengetahui apa itu riya’ dan mengerti tentunya dapat mengetahui cara atau praksisnya menghindari riya’. Dan ada beberapa pendapat guna menghindari riya’ yaitu:
1.      Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan mengetahui jenis-jenis atau suatu hal yang dapat mendorong kita untuk melakukan per  buatan riya’.
2.      Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
3.      Memahami hal-hal yang dapat mendorong kita untuk memicu tindakan riya’.
4.      Meluruskan hati bahwa kita beribadah hanya kepada Allah.
5.      Bersikap ikhlas dan mencoba untuk membiasakan diri tidak haus pujian orang lain.











Tawakal (bahasa Arabتوكُل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.     
Tawakkal adalah berserah diri dengan ikhtiar usaha mencari rizki  seperlunya untuk keperluan ibadah kepada Allah, serta memerangi hawa nafsu yang mengajak kepada kesesatan dan ketamakan terhadap keduniaan (Khoiri, dkk 2005)            
Tawakkal sering kali kita mengartikannya sebagai pasrah dan berdiam diri menunnggu ketentuan dariNya. Bukanlah yang begitu karena yang namanya orang tawakkal haruslah dibarengi usaha.

Allah berfirman (QS. 3: 173):
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Didalam islam dijalaskan bahwa anjuran untuk melakukan tawakkal adah banyak sekali, karena untuk menghindari rasa putus asa terhadap dunia yang berbeda hasilnya dengan apa yang kita harapkan.
Manfaat ketika melakukan tawakkal adalah mendekatkan diri kepadaNya dan menjaikan manusia mengerti akan posisinya yang tidak mutlak.




BAB III
KESIMPULAN
            Riya’ dan Tawakkal yang dilarang dn dianjurkan dalam islam. Riya’ berbicara tentang peringatan terhadap manusia. Dimana manusia yang selalu beribadah mendapat suatu kekhawatiran dari Nabi dikarenakan sifat riya’ itu muncul.

            Tawakkal lebih kepada anjuran kita untuk lebih berserah diri dan mengakui kedudukan kita sebagai hamba dan Sang Mutlak adalah Yang Maha Tahu tentang segala hal begitu pula hasil ketika kita selesai melakukan sesuatu

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda