sumber foto : foto.tempo.co |
Sejarah dari perkembangan kemerdekaan
Negara Indonesia tak bisa dilepaskan dengan peran mahasiswa. Kita flashback dengan kejadian pra-kemerdekaan, sosok
yang terkenal dengan pendidikannya adalah Bung Hatta. Ia menuntut ilmu tidak hanya
di Indonesia semata, Belanda pun ia sambangi untuk menimba ilmu, dan juga -baginya pengalaman banyak diperoleh di negeri kincir angin tersebut.
Selama
di Belanda aktif mengikuti organisasi intra maupun ekstra kampus yang
didirikannya bersama dengan rekan-rekan yang berasal dari Indonesia. Dari organisasi
lah banyak pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan diskusi-diskusi
yang bersifat kontekstual terhadap realita perkembangan di internal maupun
eksternal kampus yang ada di Indonesia. Terlebih pada waktu itu, di Indonesia terjadi kecamuk peperangan
untuk merebut kemerdekaan atas tirani kolonialis.
Meskipun berada nun jauh di negeri kincir angin,
hal itu tidak membuat hambatan atau penghalang bagi Bung Hatta untuk melakukan perjuangan kemerdekaaan. Dari
tempatnya belajar Bung Hatta dengan rekan-rekannya membuat sebuah aksi dengan melalui
surat yang ditulis, untuk dikirimkan ke Indonesia dengan tujuan untuk melakukan
protes kepada penjajah yang telah merebut hak-hak rakyat nusantara.
Selain
Bung Hatta terkait upayanya di luar negeri, tentu di dalam negeri malah banyak upaya-upaya
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perjuangan, mulai dari HOS. Cokroaminoto, Sutan
Syahrir, Kartosuwiryo, Ki Hajar Dewantara, Bung Karno, dll. Mereka dalam melakukan
perjuangan yang berlatar belakang dari kehidupan pendidikan, dengan demikian aksi
perjuangannya banyak dilakukan pada ranah organisasi, namun bukan berati tidak melakukan
protes secara fisik.
Sebab demikian, proses
kemerdekaan Bangsa
Indonesia sangat kental oleh Mahasiswa.
Terlebih lagi salah satu dari tri
dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. Maka dari itu, sudah seyogyanya para pemangku kepentingan
dalam artian di sini yaitu pemerintah melibatkan mahasiswa untuk mengatur problem
maupun fenomena kontekstual. Karena halnya mahasiswa adalah figur pemuda yang
bias dengan pemikiran-pemikiran liberal serta dari pemuda (mahasiswa) mampu mendapatkan
terobosan-terobosan yang lebih cocok digunakan untuk Bangsa Indonesia.
Mahasiswa
adalah generasi penerus bangsa, yang karenanya adalah salah satu unsur civil
society. Sementara itu, meminjam bahasa lagunya Bang Rhoma Irama; “Masa muda
masa yang berapi-api". Sifat api yang panas, menggebu-gebu, namun perlu peredam
untuk mengendalikan dari sifat tersebut. Nah, disini peran
pemerintah dibutuhkan untuk bersinergi dengan mahasiswa untuk hal-hal atau membentuk
kegiatan bersifat positif. Sehingga mahasiswa dapat menyalurkan pemikiran-pemikirannya
untuk diekspresikan ataupun diwujudkan secara konkret.
Menurut
teori struktural fungsional, tatanan masyarakat diibaratkan dengan tubuh. Satu sama
lain harus bekerja sama untuk menjalankan fungsi kehidupan. Sama halnya dengan struktur
masyarakat harus berintegrasi antar lembaga masyarakat untuk menjalankan roda kehidupan
dengan peran maupun posisi yang dimiliki dimasyarakat. Dalam ruang lingkup kecil
disini yang dimaksud desa, mahasiswa menjadi pembantu penghubung masyarakat dengan
aparatur desa. Meskipun pada aparatur desa sendiri sudah mempunyai mekanisme dalam
administrasi tata kelola desa, namun peran mahasiswa tidak bisa dihilangkan untuk
membantu mengembangkan kehidupan dalam ranah pendidikan yang lebih baik.
Saiful Anwar, Sosiolog dari Dangkang Institute
Mantapp gan, sya hrap subangsih lanjenengan dapat direalisasikan dalam bentuk karya nyata. Semangat sedulur ipul. Ditunggu gagasannya untuk sumbangsih kabupaten pati.
BalasHapus