Pranata Sosial Ideal; Sinergitas Antara Mahasiswa dan Pemerintah - KMPP Yogyakarta

Senin, April 04, 2016

Pranata Sosial Ideal; Sinergitas Antara Mahasiswa dan Pemerintah


sumber foto : foto.tempo.co

Sejarah dari perkembangan kemerdekaan Negara Indonesia tak bisa dilepaskan dengan peran mahasiswa. Kita flashback dengan kejadian pra-kemerdekaan, sosok yang terkenal dengan pendidikannya adalah Bung Hatta. Ia menuntut ilmu tidak hanya di Indonesia semata, Belanda pun ia sambangi untuk menimba ilmu, dan juga -baginya pengalaman banyak diperoleh di negeri kincir angin tersebut.
            Selama di Belanda aktif mengikuti organisasi intra maupun ekstra kampus yang didirikannya bersama dengan rekan-rekan yang berasal dari Indonesia. Dari organisasi lah banyak pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan diskusi-diskusi yang bersifat kontekstual terhadap realita perkembangan di internal maupun eksternal kampus yang ada di Indonesia. Terlebih pada waktu itu, di Indonesia terjadi kecamuk peperangan untuk merebut kemerdekaan atas tirani kolonialis.
Meskipun berada nun jauh di negeri kincir angin, hal itu tidak membuat hambatan atau penghalang bagi Bung Hatta untuk  melakukan perjuangan kemerdekaaan. Dari tempatnya belajar Bung Hatta dengan rekan-rekannya membuat sebuah aksi dengan melalui surat yang ditulis, untuk dikirimkan ke Indonesia dengan tujuan untuk melakukan protes kepada penjajah yang telah merebut hak-hak rakyat nusantara.
            Selain Bung Hatta terkait upayanya di luar negeri, tentu di dalam negeri malah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perjuangan, mulai dari HOS. Cokroaminoto, Sutan Syahrir, Kartosuwiryo, Ki Hajar Dewantara, Bung Karno, dll. Mereka dalam melakukan perjuangan yang berlatar belakang dari kehidupan pendidikan, dengan demikian aksi perjuangannya banyak dilakukan pada ranah organisasi, namun bukan berati tidak melakukan protes secara fisik.
            Sebab demikian, proses kemerdekaan Bangsa Indonesia sangat kental oleh Mahasiswa. Terlebih lagi salah satu dari tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. Maka dari itu, sudah seyogyanya para pemangku kepentingan dalam artian di sini yaitu pemerintah melibatkan mahasiswa untuk mengatur problem maupun fenomena kontekstual. Karena halnya mahasiswa adalah figur pemuda yang bias dengan pemikiran-pemikiran liberal serta dari pemuda (mahasiswa) mampu mendapatkan terobosan-terobosan yang lebih cocok digunakan untuk Bangsa Indonesia.
            Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa, yang karenanya adalah salah satu unsur civil society. Sementara itu, meminjam bahasa lagunya Bang Rhoma Irama; “Masa muda masa yang berapi-api". Sifat api yang panas, menggebu-gebu, namun perlu peredam untuk mengendalikan dari sifat tersebut. Nah, disini peran pemerintah dibutuhkan untuk bersinergi dengan mahasiswa untuk hal-hal atau membentuk kegiatan bersifat positif. Sehingga mahasiswa dapat menyalurkan pemikiran-pemikirannya untuk diekspresikan ataupun diwujudkan secara konkret.
            Menurut teori struktural fungsional, tatanan masyarakat diibaratkan dengan tubuh. Satu sama lain harus bekerja sama untuk menjalankan fungsi kehidupan. Sama halnya dengan struktur masyarakat harus berintegrasi antar lembaga masyarakat untuk menjalankan roda kehidupan dengan peran maupun posisi yang dimiliki dimasyarakat. Dalam ruang lingkup kecil disini yang dimaksud desa, mahasiswa menjadi pembantu penghubung masyarakat dengan aparatur desa. Meskipun pada aparatur desa sendiri sudah mempunyai mekanisme dalam administrasi tata kelola desa, namun peran mahasiswa tidak bisa dihilangkan untuk membantu mengembangkan kehidupan dalam ranah pendidikan yang lebih baik. 
Saiful Anwar, Sosiolog dari Dangkang Institute

Bagikan artikel ini

1 komentar

  1. Mantapp gan, sya hrap subangsih lanjenengan dapat direalisasikan dalam bentuk karya nyata. Semangat sedulur ipul. Ditunggu gagasannya untuk sumbangsih kabupaten pati.

    BalasHapus